Wednesday, March 29, 2017

Sajak sayur asam, bubur dan kemiskinan


Oleh : monesvova

Dari mana aku memulai?
Apakah kumulai dari bagaimana caraku menjaga nyawa ini setiap harinya?
Akh... agaknya itu terlalu melankolis untukmu.
Karena bagimu, kehidupan adalah persaingan, dan keluhan hanyalah siulan ode golongan yang kalah. Yang mainstream sebut sebagai kemiskinan, beban dari pembangunan dan kemajuan.
Pertanyaanku adalah :
1. Kemanjuankah bila lahan tanam makanan rakyat dirombak menjadi beton berundak? Dan hak-hak hidup banyak terabaikan karenanya?
2. Kemajuankah bila hanya secuil saja perut dapat terisi oleh hasil tanam makanan, yang beroleh dari penukaran kertas dan logam bernilai? Sedang sebanyak lainnya menahan rasa dan hanya menghirup nyawa berserakan.
Tidak kemajuan... itu kemunduran. Kutegaskan padamu, itu kemunduran. Beratus tahun lalu, spesies kita telah melaluinya. Nenek moyang kau dan aku sama, pernah bertarung di alam raya menjaga nyawa. Bahkan, mereka bertarung demi kelangsungan hidup spesies kita.
Ya... kita, kau dan aku sama.
Manusia.
Perasaanmu tentu aku punya. Lapar, akupun juga. Dingin aku pun rasa.
Namun, kau membangun sesuatu yang tak dapat kupunya.
Real estate, luxury apartmen, glamorious residence.
Tak..tak.. aku tak sanggup membelinya. Kenapa tak kau buat saja duma hangat untukku, yang akan kuisi dengan pawon pemasak sayur asam untukmu. Menyegarkan dan menyehatkan. Karena ia terdiri dari hasil bumi subur kita.
Atau kubuat saja bubur, agar semua dapat menikmatinya, karena luas lahan tanam padi untuk spesies kita telah banyak kau ambil buat akumulasi kertas-logam bernilai itu.
Sejatinya, aku masih ingin menulis untuk menggoda nuranimu. Tapi aku takut kau melewatkan sikapku. Karena aku tahu, bagimu waktu adalah uang. Dan ini bukan tentang uang.
Ini tentang perlawanan.
Aku harus terus melanjutkan kehidupan, berjalan kedepan. Aku harus bekerja keras untuk melanjutkan nyawa dan memperoleh kekuatan. Jangan khawatir, aku tetap menyimpanmu dalam tagar kata dan perlawanan. Aku yakin kau disana dalam keadaan bahagia.
Ini surat dariku hanya untukmu, ya. Aku mendeklarasikannya sebagai surat perlawanan. Adalah namamu yang menjadi kepingan surat ini. Aku harap suatu saat nanti kita akan berhadapan secara langsung dan saat itu aku berizin untuk memukulmu, kapitalisme.


Jakarta, 26 maret 2017

Baca Selengkapnya
 

Left and Revolution © 2008. Design By: SkinCorner