Monday, December 2, 2013

turunkan tangan kananmu, angkatlah tangan kirimu (karya 2009) part 2


        IV.     MATTERIALISME dan IDEALISME
Aku rasa, selanjutnya aku perlu mengulas sedikit tentang pemahaman tentang cara pandang manusia terhadap kondisi dalam filsafat, karena aku tidak ingin penjelasan di atas menimbulkan ke salah pahaman, karena terkait juga dalam masalah kerohanian. Nah untuk memulai BAB ini, aku akan coba menjelaskan sedikit esensi dari cara pandang filsafat itu sendiri.

Filsafat adalah sebuah ilmu cara pandang seseorang terhadap segala sesuatu (kondisi) bahkan menjadi induk dari segala sumber ilmu yang sekarang tercerai berai, karena pada awalnya seseorang yang memandang bumi misalnya, maka ia pun akan memandang masyarakat, kehidupan masyarakat, dan gejala-gejala pergerakan bumi dan masyarakat, sekarang dari cara pandang seseorang terhadap sebuah (kondisi) bumi, itu telah tercerai berai, ilmu bumi bisa kita pelajari lebih khusus dengan ilmu geografinya, ilmu tentang kehidupan masyarakat bisa kita temukan dalam ilmu antropologi, sosiologi, dll, artinya adalah filsafat awalnya merupakan sebuah cara pandang manusia terhadap kondisi yang ada di sekitarnya.
Kubu filsafat terbagi menjadi dua sudut pandang, yang pertama adalah Idealisme, dan yang kedua adalah Matterialisme, Dalam memandang sebuah kondisi itu, seorang filsuf (sebutan untuk seseorang yang berfilsafat) itu menemukan dua metode pandang dan ini lah yang menjadi perdebatan selama beratus-ratus tahun lamanya, perdebatan itu adalah perdebatan ANTARA MANA YANG LEBIH DULU/PRIMER, IDE kah (IDEALISM) atau MATTER-kondisi (MATTERIALISM). Kedua cara pandang itu adalah BUKAN YANG MANA YANG BENAR, TAPI MANA YANG LEBIH DULU. Sehingga kita tidak bisa mengatakan salah satu diantara cara pandang itu salah dan salah satu itu lah yang benar, seorang IDEALIS mengatakan bahwa Ide-lah yang utama, dan dia akan berdiri di sebuah ide-nya itu, bahkan dia mengesampingkan sebuah kondisi (matter) realitas yang ada, menurutnya (idenya) sebuah kondisi itu akan berubah jika ia melakukan sebuah tindakan sesuai dengan idenya itu. Seperti contoh di penjelasan sebelumnya (tentang golongan kanan) . meskipun misalkan dalam pembangunan sebuah mall (pasar modern) ia juga memperhitungkan kondisi(matter) nya, namun yang pertama kali diutamakannya adalah sebuah ide yg dilihatnya untuk memodernisasikan sebuah tempat, meskipun secara kondisi (matter)  masyarakat setempat belum sanggup menerima/ bersaing dengan modernisasi itu, maka akan ia paksakan sesuai ide (yang menurutnya baik atau cemerlang itu). Perkara nanti misalkan banyak masyarakat yang tertindas, tersiksa dalam hidup miskin karena ide-nya itu, maka ia akan me-nina bobokan masyarakat dengan mengatakan “bahwa ini adalah kehendak TUHAN, segala rezeki sudah di atur TUHAN, jika miskin dan menderita di dunia, bersabarlah, di surga nanti akan di balas” seperti itu lah kaum idealis mengapa di katakan menjadi kaum penindas, karena janji surga yang dia lontarkan adalah demi menjaga kekuasaan dan ide-nya, padahal jika kita bersedia mendengarkan perintah TUHAN dalam sebuah alkitab, maka kita akan menemukan bahwa TUHAN TIDAK AKAN MERUBAH NASIB SESEORANG, JIKA BUKAN ORANG ITU SENDIRI YANG MERUBAH NASIBNYA, artinya sederhana,, TUHAN tidak pernah menganjurkan kepada kita untuk menyerah, namun harus terus berjuang…namun seorang IDEALIS dalam kesehariannya adalah seorang yang menggenggam teguh pendiriannya, karena ide yang menurutnya ideal itulah yang akan dilakukannya, sampai kita bisa mengatakan beberapa orang idealis adalah seorang keras kepala, itu karena menurutnya ide-nya itulah yang paling ideal untuk sebuah kondisi (berdiri di atas ide-nya sendiri) padahal realitasnya manusia hidup (yang normal dan berfikir) itu berdiri di atas sebuah benda (kaki-nya) bukan ide-nya (otaknya, karena otak lah yang mengeluarkan sebuah ide)  namun realitasnya kembali otak adalah sebuah benda, nyata, konkrit yang dapat di lihat, bukan sebuah ide dalam angan-angan belaka.

Idealisme adalah cara pandang yang memposisikan Ide lah yang utama/primer. Berasal dari kata “ided” atau “ideal” atau ide-pemikiran atau idaman, dan isme yang berarti paham atau mahzab, idealisme berarti memabayangkan sebuah pemikiran atau ide yang paling ideal dalam memahami dan membentuk gejala-gejala alam dan perkembangan masyarakat. Dalam hal ini yang pokok adalah ide, sedangkan matter(kondisi atau kenyataan) adalah hasil dari sebuah ide, jadi idelah yang pokok/primer/utama. Pemikiran Idealisme ini telah muncul pertama kali oleh undang-undangnya filsuf Plato pada masa yunani kuno, di sini Plato menyimpulkan bahwa alam semesta dengan segala isinya adalah produk/hasil dari ide yang berasal  dari luar ide manusia, ide yang tak mampu di jangkau oleh ide manusia, yang akhirnya membentuk kemasyarakatan yunani dalam mitologi/mitos-mitos tentang dewa-dewa, dimana dikatakan Plato bahwa dewa zeus lah sang pencetus ide kehidupan alam semesta dengan segala isinya, dan segala apapun yang dilakukan oleh manusia adalah produk ide diluar ide manusia tersebut, praktis disitu Plato mengatakan bahwa manusia hanyalah pelaku dari ide yang telah di hasilkan tersebut, sehingga apa yang telah di capai oleh manusia (ilmu pengetahuan, pemerintahan, dan segala perkembangannya) adalah hasil dari ide yang sudah ada, yaitu ide diluar ide manusia tersebut atau bisa kita sebut ide dewa/yang berkehendak. Manusia adalah perantara dari ide dewa/yang berkehendak tersebut dalam menghasilkan sebuah produk/barang/ilmu pengetahuan. Pandangan Idealisme ini adalah salah satu cabang Idealisme, yang disebut Idealisme Obyektif, yang berarti Ide diluar ide manusia itu adalah “obyek” karena manusia lah yang membayangkan adanya “obyek” tersebut atau manusialah yang sebenarnya ber ide bahwa ada “ide yang berkehendak/dewa”, sehingga posisi manusia adalah “subyek” yang melontarkan adanya “ide yang berkehendak(obyek)”. Dan pandangan Idealisme ini dipergunakan dalam system pemerintahan pada masa perbudakan hingga feodalisme abad kegelapan. Dimana rakyat ditenggelamkan dalam takhayul-takhayul yang di titahkan oleh penguasa pemerintahan pada masa itu, bahkan rakyat dipaksa mempercayai bahwa Raja(pada masa feodalisme) adalah titisan dewa, sehingga rakyat harus tunduk patuh terhadap semua ucapan sang raja, meskipun rakyat harus tersiksa dan sengsara dengan nafsu biadab sang raja, namun itulah alas an paling rasional mengapa raja sanggup bercokol kuat memerintah ribuan rakyat dengan sikapnya yang penuh arogansi tinggi serta keserakahan, karena rakyat telah tenggelam dalam dogma bahwa raja mereka adalah titisa dewa, sehingga rakyat tidak pernah berani berusaha tuk melawan titisan dewa yang telah memberi mereka makan, berkah, rejeki, dan kehidupan. Rakyat tak mau menerima amuk dari sang dewa dan tak mau menikmati kesengsaraan yang diberikan oleh raja dan aparatur pemerintahan yang lain, peristiwa yang telah di alami oleh Copernicus dan Galileo yang mengkumandangkan sebuah keberhasilan ilmu pengetahuan ilmiah memecahkan misteri alam yang saat itu bertentangan dengan kepercayaan yang di anut kerajaan dan gereja yang telah membentuk pola pikir masyarakatnya, sehingga teori ilmiahnya tentang alam dan perkembangan ilmu pengetahuan itu dianggap sebagai ajaran sesat oleh gereja dan bertentangan dengan kerajaan. Saat itu pemahaman masyarakat mempercayai kepada pandangan gereja dan kerajaan bahwa “Bumi adalah pusat tata surya” dan “bumi itu datar, sehingga jika kita berjalan jauh maka akan jatuh ke suatu tempat tanpa ruang dan dimensi”, dan pemahaman itu di bantah oleh Copernicus dan Galileo yang telah merumuskan ilmu pengetahuan ilmiah tentang “matahari adalah pusat tata surya dan bumi adalah planet-planet yang mengitari matahari” serta teori “ bahwa bumi itu bulat, dapat dibuktikan dengan melihat kapal yang datang dari kejauhan maka yang pertama kali nampak adalah ujung tiangnya, lalu kemudian kelihatanlah seluruh badan kapal”. Namun sebenarnya jika kita kaji lebih dalam dan mungkin masyarakat pada saat itu bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk memahami teori yang dikemukakan oleh Copernicus dan Galileo, saya yakin sepenuhnya, maka kredibilitas gereja dan raja sebagai titisan dewa akan hancur runtuh di pukul oleh perkembangan ilmu pengetahuan. Dan itulah Idealisme yang menjadi senjata ampuh untuk menenggelamkan masyarakat dengan mitos-mitos dan menina bobokan kecerdasan social masyarakat dengan takhayul yang diciptakan oleh yang penguasa pemerintahan untuk memenuhi kepuasan dan kepentingannya semata, walau telah menyengsarakan rakyatnya yang berlimpah ruah. Idealisme tak mengijinkan apapun mengancam ide yang telah menguntungkannya tersebut. Rakyat dipertunjukkan dengan keganasan murka penguasa kerajaan dan gereja  yang terancam keuntungannya oleh pemahaman yang bertentangan dengannya, sehingga Copernicus dan Galileo menjadi tontonan sekaligus percontohan kepada seluruh masyarakat yang menentang pandangan raja dan gereja maka akan bernasib malang seperti Copernicus dan Galileo. Dan rakyat hanya meng-amini apa yang terjadi kepada Copernicus dan Galileo, serta tak mempunyai landasan berpikir yang kuat untuk membelanya, karena ternyata kita bisa melihat dari sisni bahwa Idealisme mampu membentuk masyarakat sesuai dengan Ide-nya atau Idealnya bagi si penguasa pemerintahan atau bagi si pemegang pandangan filsafat ini dengan mengatas namakan ide “obyektif” yang mengatur kehidupan manusia.
Dalam kasuistik yang lain pada masa kejayaan Feodalisme, Idealisme obyektif digunakan untuk menentukan hirarki dalam strata social masyarakat, karena dipercaya bahwa tatana dewa-dewapun memiliki hirarki tertentu, dimana zeuslah sebagai dewa tertinggi dan diikuti dewa-dewa lainnya sebagai pelengkap kerajaan langit. Seperti adanya dewa laut, dewa perang, dewa cinta, dewa kesejahteraan, dewa padi, dll. Maka implementasi Idealisme Obyektif ini adalah skolastisisme yang membentuk hirarki masyarakat feudal, dimana raja lah yang tertinggi, diikuti bangsawan dan ksatria, serta tuan-tuan tanah dan di bawahnya adalah petani-budak. Filosof skolastisisme adalah Thomas Aquinas. Dan penerapan Idealisme yang paling bobrok adalah penerapan kebijakan gereja katholik dalam hal penjualan “………(surat penebusan dosa)” yang mengatur tentang tata cara menghapus dosa yang telah dilakukan manusia dengan cara membeli surat penebusan dosa tersebut, dengan harga yang begitu mahal, dari sisni kita tetap bisa melihat penggunaan Idealisme untuk meraup keuntungan  dan kepentingan bahkan dari segi ekonomi. Yang pada klimaksnya nanti terjadi pemberontakan oleh kaum petani-budak karena tidak mampu membeli surat penebusan dosa tersebut karena harganya begitu mahal, sedangkan penghasilan petani-budak begitu kecil karena diperas oleh kaum bangsawan dan tuan tanah serta upeti untuk raja. Kaum yang memberontak dalam hal ini disebut “protestan-kristen Protestan”.
Seiring berjalannya waktu dan makin berkembangnya ilmu pengetahuan, maka manusia sudah memulai era baru dalam berpikir yang disebut era berpikir rasional, manusia rasional, yang dikemukakan oleh Descartes (1590-1650),Dalam pandangan yang paling terkenal adalah semboyannya “cogito ergo sum(saya berpikir, maka saya ada)”. Ini adalah cabang dari Idealisme yang lain, yaitu Idealisme subyektif, dimana menempatkan ide manusia adalah subyeknya, segala hal yang membentuk alam semesta dan segala isinya berikut perkembangannya adalah produk/hasil dari ide manusia. Karena memang yang bisa membantah ide yang diciptakan dari idealisme obyektif adalah hanya dengan pembuktian ilmu pengetahuan seperti (yang sebenarnya) yang telah dilakukan Copernicus dan Galileo. Maka di sini muncul mahzab eksistensialisme yang justru mendewakan manusia itu sendiri sebagai penghasil ide. Tokohnya adalah Nietzche dengan ungkapannya yang paling radikal “ Tuhan telah mati”.
Puncak dari Idealisme adalah hukum dialektika dari Hegel (1770-1831), yang terkenal dengan paham Idealisme Dialektika. Yang meyakini perubahan ide-ide yang membentuk kenyataan(alam semesta dan isinya). Hegel menjelaskan dialektika ide menurutnya dalam model/rumus thesis-antithesis-sinthesis , bahwa ide yang membentuk masyarakat(kenyataan) adalah sebuah thesis yang kelak akan di tentang oleh ide lain yang berkembang dalam masyarakat (antithesis) yang kemudian menghasilkan ide yang lebih tinggi(synthesis). Namun synthesis ini akan kembali ditentang dan seterusnya  menjadi synthesis baru. Dengan demikian, perjuangan manusia adalah pertentangan ide-ide yang membentuk kenyataan.

Matterialisme adalah kubu filsafat yang lain dan sekaligus menjadi lawan dari filsafat Idealisme. Matterialisme berasal dari kata “matter” atau “material” dan “isme” yang berarti benda-bahan-bahan atau sebuah keadaan-kondisi-kenyataan. Matterialisme adalah cara pandang filsafat yang meyakini bahwa “matter” lah yang utama-pokok-primer, matterialisme memandang ide/pikiran bersumber dari materi(benda). Karena pada kenyataannya ide adalah produk dari otak, dan otak adalah sebuah materi-benda konkrit. Sehingga matterialisme menempatkan materi yang pokok-utama-primer.
Matterialisme pertama muncul adalah pada masa sekitar 600 SM, yang bisa kita sebut matterialisme primitive. Sesuai dengan namanya, maka pandangan matterialisme ini masih sangat sederhana namun tetap memberikan sumbangsih yang besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan., yaitu Thales (640-546 SM) lah yang memulai nya dengan menyatakan bahwa segala sesuatu bersumber pada air. Alas an yang dikemukakannya adalah karena air merupakan sumber pokok kehidupan. Manusia hidup membutuhkan air (minum) unsur utama dunia (bumi) adalah air, alas an yang dikemukakan nya sangat rasional, karena air tidak hanya terlihat di laut atau sungai, namun terdapat di dalam tanah dan lapisan batuan. Ada pula Anaximenes (sekitar 500 SM) yang mengemukakan bahwa hakikat dunia adalah udara, dikarenakan seluruh makhluk hidup membutuhkan udara untuk bernafas. Bahkan Democritus (sekitar 500SM) berpendapat bahwa atom adalah unit-unit terkecil dari benda-benda. Dari segi jumlah dan susunan atomnya, setiap benda berlain-lainan. Democritus juga menegaskan hal penting yang disebut ruang. Ruang dianggapnya sebagai tempat bagi atom-atom bergerak, saling mendorong dan bertubrukan, sehingga menimbulkan berbagai gejala tentang gerak. Pemikiran Democritus ini dilanjutkan oleh Epicurus (341-270SM) yang menegaskan bahwa segala gejala pikiran dan perasaan manusia bersumber dari perwujudan gerak atom-atom. Dalam hal ini Epicurus menyebut atom-atom itu adalah material (materi-bahan-bahan-benda) dan menegaskan pandangannya bahwa materi lah yang membentuk  ide (pikiran) bahkan perasaan.
Matterialisme primitive dalam pandangannya masih sebatas melihat aspek fisik atau bendawi, artinya pendirian materialistisnya masih di dasarkan atas benda-benda seperti, air, udara dan atom. Namun penemuan yang terpenting adalah ruang. Pandangan tentang ruang inilah yang merupakan sebuah perluasan dari matterialisme dalam memandang dunia. Bahkan ruang yang di maksud berhubungan dengan atom-atom dan benda-benda yang bergerak.
Pandangan materialistik seperti ini sangat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengertahuan, karena mampu memecahkan berbagai misteri alam yang menaungi kehidupan manusia. Namun perkembangan ilmu pengetahuan yang didasarkan pada cara pandang materialistik ini tidak mampu bertahan lama, karena Idealisme telah menciptakan “zaman kegelapan”-jaman kebodohan yang diperuntukkan demi kepentingan dan keuntungan segolongan orang yang menduduki puncak pemerintahan dalam suatu system masyarakat. Seperti yang telah kita pelajari sebelumnya tentang penggunaan Idealisme untuk membentuk kondisi masyarakat. Kita bisa memulai dari percontohan pemerintahan Fir’aun yang menyebut dirinya adalah Tuhan, namun kenyataan yang dilihat oleh Musa A.S adalah bahwa fir’aun juga merupakan manusia biasa yang secara struktur tubuh dan kebutuhan untuk hidup(makan,minum,bernafas) sama dengan manusia pada umumnya. Disini kita bisa melihat cara pandang Musa yang secara materialistik (kebendaan-kenyataan) memberontak ide yang di bentuk Fir’aun untuk masyarakatnya. Kemudian kita bisa melompat ke jaman jahiliyyah pada masa Nabi Muhammad S.A.W, yang mengibarkan bendera perang untuk meruntuhkan kediktaktoran penguasa Mekah dan membebaskan budak-budak serta menghapuskan system perbudakan yang menyengsarakan masyarakat. Karena Nabi Muhammad berpandangan bahwa setiap manusia harunya mempunyai kedudukan dan keadilan yang sama satu sama lainnya, namun tidak begitu “kenyataannya” dalam masyarakat yang di bentuk oleh penguasa mekah. Pandangannya yang materialistik ini dengan melihat kenyataan-matter mendapat dukungan besar dari para pengikutnya dan perang-perang pembebasan pun dilakukannya selama bertahun-tahun. Kemenangan dari perlawanan ini membangkitkan perjuangan penting dalam sejarah dunia, karena setelah wafatnya Muhammad terjadi ekspansi besar-besaran dari kaum muslimin untuk menyebarkan ajaran Islam ke seluruh dunia dengan cara berdagang dan menguasai ekonomi-politik di seluruh dunia. Dan makin memantapkan pandangan matterialisme untuk laju perkembangan ilmu pengetahuan, karena semakin masiive nya para penyebar ajaran dan perdagangan (yang saat itu menggunakan perahu layar) maka sangat dibutuhkan pembekalan ilmu prkatis keilmiahan dari sudut pandang matterialisme seperti ilmu astronomi untuk mendapatkan gambaran tentang waktu, ilmu ukur untuk mengetahui berapa jauh jarak yang mereka tempuh, ilmu tentang arah mata angin, serta uang sebagai alat tukar barang dagangan mereka.
Namun matterialisme tidak selalu mendapatkan tempat yang belenggang leluasa penuh kejayaan di dalam masyarakatnya, karena pada suatu masa feodalisme berjaya di Eropa, pendidikan atau sekolah-sekolah yang menjadi tempat berbasiskan ilmu pengetahuan yang (sebenarnya) di dasarkan dari cara pandang matterialisme, tidak merata di rasakan seluruh masyarakatnya, karena untuk mendapatkan ilmu/pendidikan di sekolah-sekolah pada masa itu haruslah membayar mahal, dan sebagai petani-budak pada masa feudal tidak akan mampu mengenyam pendidikan yang mahal tersebut. Sehingga hanya golongan borjuis lah yang mampu menikmati pendidikan yang (sebenarnya) di dasarkan secara matterialistik. Padahal kita sudah memahami bahwa dalam tatanan masyarakat feudal, gologan borjuis selalu berada di atas petani-budak dan selalu berusaha mempertahankan keuntungan dan kepentingannya walaupun menindas dan menyengsarakan gholongan masyarakat bawah(petani-budak). Praktis pada masa kejayaan feodalisme Eropa, kembali matterialisme tenggelam dari kehidupan masyarakat yang telah terdoktrin dan terdogma oleh Idealisme penguasa-Borjuis.
Kemunculan kembali filsafat matterialisme ditunjukkan oleh kelahiran pemikiran filsuf perancis Paul d’ Holbach (1723-1789) yang melakukan pemberontakan pikiran mistik yang di hembuskan oleh nafas Idealisme. Ia beranggapan bahwa Idealisme menghanyutkan masyarakat kepada hal mistik dan takhayul, sehingga masyarakat terpaksa harus patuh dan tunduk kepada hal mistik dan takhayul yang di ciptakan oleh penguasa lalim, dan membuat masyarakat “menerima” kesengsaraan hidupnya adalah “kehendak” hal yang mistik tersebut dan tenggelam dalam kemistikannya hingga melupakan bahwa raja lalim berada di hadapannya-yang seharusnya bertanggung jawab atas kesengsaraannya, kesengsaraan masyarakat perancis demi meraup keuntungan ekonomi yang berlimpah ruah atas darah dan keringat masyarakat golongan bawah terutamanya.
Hal inilah yang kemudian menjadi pemicu terjadinya Revolusi Perancis yang dilakukan oleh petani-budak yang memberontak terhadap kerajaan otoriter perancis. Dan matterialisme kembali muncul dalam periode-periode tertentu perkembangan masyarakat serta mengawali lahirnya “Renaissance-zaman pencerahan-zaman berpikir kembali” yang kemudian berurutan munculnya Revolusi Industri di Inggris yang menjadi klimaks perkembangan ilmu pengetahuan pada masa itu dengan cara pandang matterialistiknya mampu merombak dengan singkat sturktur dan system masyarakat dalam kegiatan ekonomi yang bisa kita sebut system Kapitalisme.
Namun lahirnya Kapitalisme (bisa dipelajari dengan materi terkait) bukan berarti puncak kesejahteraan manusia dengan peradaban yang tinggi, karena dalam masyarakat Kapitalisme ternyata masih banyak golongan masyarakat yang tertindas. Dalam hal ini kita sebut kelas pekerja atau buruh. Hal ini dikarenakan masyarakat yang terdogma dengan Idealisme penguasa belum memahami betul bahwa ilmu pengetahuan yang berlandaskan cara pandang matterialisme lah yang berperan penuh dalam menentukan bentuk struktur dan system bermasyarakat. Namun lebih tepatnya masyarakat yang belum memahami ini dikarenakan tidak diberikannya kesempatan bagi masyarakat tersebut untuk belajar dan menggali kemampuan berpikirnya secara matterialisme-ilmiah-ilmu pengetahuan, karena masyarakat tersebut adalah budak pada masa perbudakan, petani-budak pada masa feodalisme, dan buruh pada masa kapitalisme. Yang mengandung arti bahwa golongan masyarakat tersebut adalah kelas pekerja, yang berubah-ubah bentuk sesuai dengan bassis matter hubungan produksinya. Petani-budak basis matter hubungan produksinya adalah pertanian/pengelolaan-berproduksi dengan tanah, sedang buruh adalah industrialisasi karena telah berkembangnya mesin-mesin produksi komoditi pasca Revolusi Industri. Namun yang harus di pahami adalah kelas pekerja tersebut dari masa ke masa adalah penggerak ekonomi sebuah system masyarakat yang dipegang oleh golongan penindas-penguasa pemerintahan. Yang kelak secara histories buruh/kelas pekerja mempunyai tugas historis untuk menumbangkan kapitalisme, seperti yang telah dipercontohkan oleh empiric pada masa revolusi perancis. Pemahaman inilah yang di cetuskan oleh Karl Marx, seorang filsuf yang mengibarkan bendera matterialisme-Dialectica. Di sini Marx melandaskan cara pandangnya melihat gejala alam dan masyarakat menggunakan matterialesme dan menggunakan hukum dialektika nya Hegel serta membuang cara pandang Idealisme nya Hegel. Marx menganggap bahwa semesta adalah hasil dari pergerakan benda-benda/materi-materi di dalam sebuah ruang, dan pergerakan itulah yang menentukan atau membentuk sebuah kondisi atau kenyataan. Hukum Dialektika Marx dalam matterialisme dialektikanya meliputi, ruang, waktu, kontradiksi, negasi, dan perubahan (kuantitas ke kualitas) dari benda-benda/materi-materi yang bergerak. Bahkan Marx secara Kritis melihat matter-kenyataan pada system kapitalisme tentang hubungan produksi antara tenaga produksi (SDM) dengan alat produksi (SDA dan perkakas) yang memunculkan sebuah “nilai lebih” yang dihasilkan dari proses produksi tersebut, dimana nilai lebih ini diuntungkan bagi pemodal-kapitalis dan merugikan pekerja-buruh. Gagasan tentang nilai lebih ini telah Marx sampaikan dalam bukunya “Das Capital” tentang teori nilai lebih. Hal inilah yang meneguhkan prinsip Marx tentang penindasan di masa Kapitalisme, dimana pekerja haruslah bekerja keras untuk mendapatkan gaji dan dibenamkan kecerdasan sosialnya tentang nilai lebih tersebut, ini tak lain adalah hasil dari Idealisme yang digunakan oleh borjuis-kapitalis untuk menina bobokan kesadaran sosialnya, bahkan menciptakan paradigma tentang konsumsi barang-barang yang sesungguhnya bukan prioritas yang dibutuhkan masyarakat, namun karena barang tersebut mampu menguntungkan kapitalis maka barang tersebut dijadikan alat untuk membentuk masyarakat yang konsumtif. Bahkan Kapitalis dengan Idealismenya mampu membentuk paradigma, semakin tinggi jenjang/tittle pendidikan masyarakat maka akan mendapatkan posisi yang tinggi pula dalam sebuah perusahaan, setelah paradigma itu tercipta, maka kapitalis akan memanfaatkan aspek yang lainnya yaitu menjadikan sekolah/instansi pendidikan menjadi dunia bisnis, dengan harga pendidikan yang harus dibayar mahal oleh peserta didiknya, karena manusia akan berlomba-lomba memasuki pendidikan yang tinggi walaupun dengan harga tinggi namun akan mendapatkan posisi pekerjaan yang tinggi pula nantinya. Namun tidak hanya selesai sampai di situ saja, kapitalisme ternyata lebih kejam dengan menciptakan pengangguran massal yang bertujuan mendapatkan tenaga kerja/buruh dengan upah yang rendah. Karena lapangan pekerjaan atau industri yang diciptakan oleh kapitalis terbatas jumlahnya dibandingkan dengan membludaknya pelajar/calon buruh segar, maka kapitalisme menciptakan system kerja kontrak, bagi pekerja yang telah habis masa kerjanya maka akan di PHK (pemutusan hubungan kerja) untuk digantikan posisinya dengan calon buruh segar/pelajar yang telah lulus masa pendidikannya. Sehingga sangat terancam bagi buruh untuk memberontak menuntut upah yang layak, karena kapanpun kapitalis bisa memecatnya dan menggantinya dengan buruh yang masih segar, sehingga wajar jika buruh hari ini harus rela menerima gaji kecil dari kapitalis walau buruh sudah bekerja keras tak kenal lelah, karena nasibnya saat ini masih bergantung di tangan kapitalis.
Atas dasar itulah Marx bermaksud menyadarkan kelas pekerja di seluruh penjuru dunia untuk memahami tentang siapa yang sebenarnya pemegang kunci berputarnya roda ekonomi? Atas dasar itulah Marx bermaksud membangkitkan kembali “roh” matterialisme memberontak melawan musuh abadinya-Idealisme. Atas dasar itulah Marx menulis secara sejarah bahwa kapitalisme akan tumbang oleh kelas pekerja nya-sama seperti feodalisme tumbang oleh kelas pekerjanya- dan setelah kapitalisme tumbang, maka akan lahir sebuah tatanan masyarakat Sosialisme. Dimana kelas pekerja akan menjadi pemimpin pemerintahan. Namun kembali tak semudah yang kita bayangkan, ternyata Idealisme tidak memberi kesempatan dan belajar dari pengalaman sebelumnya untuk meredam perlawanan kaum matterialisme, kali ini dengan cara membunuh karakter esensi dari matterialisme. Idealisme mencitrakan dirinya dengan baik, yaitu membentuk paradigma bahwa Idealisme adalah berpegang terhadap prinsip ide nya dan Idealnya, tanpa tersentuh atau tergoda dengan keadaan dan benda. Sedang matterialisme di citrakan sebagai paham kebendaan/materi (dalam hal ini di pandang sebagi harta-kekayaan) sehingga matterialisme menduduki posisi negative dalam pandangan masyarakat, bahwa pengikutnya adalah seorang yang mempersoalkan tentang benda-harta-kekayaan-materi-uang.
Jika merunut dari pemahaman demi pemahaman hingga saat ini kita masih bisa mengkorelasikan pengertian kiri dalam arti perlawanan, yaitu pandangan buruk yang di arahkan kepada matterialisme, adalah salah satu bentuk perlawanan dari kaum matterialisme terhadap Idealisme-karena pada kenyataannya matterialisme selalu memberontak dan melawan Idealisme, sejarah telah menjelaskan hal itu. Semoga sampai detik ini kita mampu memahami bahwa Idealisme adalah Filsafatnya kaum penindas yang menjadi senjata ampuh untuk meredam perlawanan kecerdasan sosial masyarakat dengan ide-ide yang bertaburan di alam imajinasi-ide-angan-angan, sedangkan Matterialisme adalah filsafatnya kaum tertindas untuk melawan pembodohan yang di hembuskan oleh Idealisme-Penindas atau secara singkat matterialisme adalah senjata kaum kiri untuk melawan tirani.

V. EPILOG
Saat ini saya hanya mencoba merefleksikan kembali pemahaman yang mungkin sudah sedemikian cara saya ungkapkan lewat kata per kata, kalimat per kalimat, dan beberapa analogi yang sekiranya bisa membuka ruang berpikir kita untuk mengenal, memahami, dan menentukan sikap diri atau posisi dalam arus kondisi pada hari ini. Mungkin beberapa pembaca langsung memberikan sebuah pandangan, bahwa saya (penulis) adalah seseorang dari golongan kiri. Sehingga memaparkan segala yang (mungkin) pembaca tangkap adalah propaganda positif tentang gerakan kiri. Jika benar muncul pernyataan seperti itu, secara tegas saya jawab IYA. Namun dengan catatan bahwa IYA setelah kita memahami arti kiri yang sesungguhnya. Kiri yang saya paparkan adalah sebuah empiric atau secara historical sebuah perjuangan dan perlawanan kelompok (kiri) terhadap segala bentuk penindasan. Karena berdasarkan pengertian kelompok (kiri) secara historis memang begitu adanya, begitu kenyataannya-realitasnya, bahwa manusia-manusia dalam kubu kiri adalah manusia-manusia yang melawan terhadap segala benuk penindasan. Kita bisa membaca kembali sejarah perjuangan kemerdekaan nasional, setiap “mereka” yang melawan adalah seorang yang di cap kiri oleh pemerintahan colonial, pahlawan yang telah berjasa mengusir penjajah dari tanah air kita adalah mereka yang mempunyai roh kiri-roh perlawanan terhadap tirani. Dan makna itulah yang sesungguhnya ingin saya angkat dari tulisan saya ini. Sebenarnya secara gamblang saya tidak pernah mempermasalahkan penamaan untuk manusia sadar yang hendak melawan terhadap penindasan. Yang terpenting adalah kita saat ini memiliki roh kiri-roh perlawanan, karena pada kenyataannya penindasan masih terjadi di negeri kita, bahkan dunia. Penindasan dengan tangan halus berkuku tajam, invisible hand tiran. Di Indonesia ada sebuah problematika yang begitu kabur, yaitu permasalahan tentang golongan kanan-dan kiri. Yang sesungguhnya manusia Indonesia masih banyak yang belum paham betul makna pembagian kelompok tersebut. Masih banyak dari sodara kita yang masih termakan dengan dogma kuno, yang mengatakan bahwa golongan kiri adalah binatang buas, kejam, tak bermoral, dan siap memangsa manusia……..KAWAN…!!!! Pemahaman seperti itu adalah black propaganda dari ilmu politik kuno———politik mengadu domba-pemecah belah perjuangan,,dan itu terbukti benar...saat ini kita sulit bersatu hanya karena kita mengangkat tangan yang berbeda dalam memperjuangkan kesejahteraan nasional...sedangkan isu yang kita usung sama-masalah yang kita usung sama, yaitu anti penindasan-anti kapitalisme-anti neo liberalism– menuntut kesejahteraan sosial, tapi hanya karena banyak yang termakan dogma kuno, maka kita saling menutup diri, saling menjaga diri, tercerai berai dalam “medan aksi massa”, yang angkat tangan kanan, berkumpul dengan yang sesama angkat tangan kanan, begitupun yang angkat tangan kiri. Yang seharusnya kita bersatu kanan dan kiri menjadi tinju besar untuk memukul tirani!... Tapi itu tidak kita lakukan, karena dogma kuno telah menjadi makanan kita sehari-hari, dogma kuno tersebut telah menjadi dinding penyekat di antara kita yang sedang berjuang. Kembali saya coba melihat dalam sebuah rezim ORBA yang gencar melakukan agitasi hitam terhadap golongan kiri, ORBA mengatakan bahwa golongan kiri adalah setan berwujud manusia yang terkejam, tak bermoral dan tidak menghargai norma-norma agama. Masyarakat rezim ORBA di bentuk menjadi takut dengan golongan kiri, ketakutan tersebut kemudian di jaga oleh penguasa rezim dan kondisi ini membuatnya berperan sebagai pahlawan, sebagai seorang yang mampu melindungi masyarakat dari kejamnya golongan kiri, masyarakat dibuatnya tunduk dan takluk kepadanya, memanfaatkan ketakutan masyarakat yang dibuat olehnya….POLITIK itu KEJAM bung..!!!. Namun inilah yang seharusnya menjadi bahan renungan kita, golongan yang sadar kemudian bergerak berontak terhadap rezim otoritarian tersebut, harus mempertaruhkan nyawa mereka, diculik-dibunuh-dibuang, hanya karena mereka (golongan yang melawan) memberikan kritik (dalam ruang demokrasi) terhadap kinerja pemerintahan yang bobrok dan korup! Namun golongan yang sadar akan penindasan ini kemudian hendak bergerak melawan, tetap berjuang dalam represifitas senapan yang setiap detik mampu memecahkan kepala mereka. Mereka tetap bekerja di bawah tanah secara rahasia menyusun kekuatan untuk menggempur kekuatan militerisme ORBA, meskipun nyawa adalah taruhannya. ITULAH KIRI..!!!! kelompok yang sadar akan penindasan dan bergerak MELAWAN penindasan tersebut. Kisah seperti itu bisa kembali kita lihat dalam masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, golongan-golongan yang sadar penjajahan merencanakan kemerdekaan Indonesia di bawah tanah-lolos dari intaian pemerintah colonial. Mereka adalah kiri yang tetap berjuang di medan area peperangan melawan tirani, yang terus dibayang-bayangi dogma kuno tentang mereka (kiri) yang membuat pejuang tersebut termarjinalkan dari bassis massa nya…ironis. Dan satu realita yang saya lihat hari ini adalah…….manusia sadar yang melawan penindasan namun dia mengangkat tangan kanan, selalu menutup diri dan menjauhi serta enggan berkawan (perjuangan) dengan manusia sadar dan melawan penindasan, namun ia mengangkat tangan kiri…..namun  mereka yang mengangkat tangan kiri secara sabar mendekati dan bersekawan dengan mereka yang mengangkat tangan kanan, dengan catatan garis perjuangannya sama, anti penindasan-anti kapitalisme. Karena yang kita butuhkan adalah persatuan roh perjuangan-roh kiri yang melawan, bukan tampilan fisik tangan apa yang kita angkat untuk melawan. Jika esensi sesungguhnya telah kita pahami betul, maka kita akan tahu bahwa golongan kanan (dalam makna yang sesungguhnya) tidak akan pernah bersatu dengan golongan kiri (dalam makna yang sesungguhnya). Karena garis perjuangannya bertolak belakang. Golongan kanan “diam ditempat” dan golongan kiri “melawan penindasan dan merubah kondisi menjadi lebih baik”.

Baca Selengkapnya

turunkan tangan kananmu, angkatlah tangan kirimu (karya 2009) part 1

Mukadimah….

Menyikapi sebuah permasalahan yang berkutat kepada pemahaman yang salah dari generasi muda, penerus bangsa, membuatku gusar akan arah gerak perjuangan kelompok masyarakat yang sadar akan pentingnya sebuah perlawanan terhadap penindasan. Baik golongan student yang berjuang-pemuda yang berjuang-bahkan kelas pekerja yang berjuang, haruslah memahami suatu arti kata yang sebenarnya di Negara manapun tidak mempermasalahkan kata ini-di Negara yang juga sama-sama berjuang melawan penindasan, ambilah contoh Negara Venezuela melawan neo-Liberalisme yang hendak mencengkramnya, atau Negara-negara yang mempunyai sumber daya alam yang berlimpah ruah, yang saat ini sedang “digoda” kapitalisme internasional agar mampu berpasrah diri dan dijamah serta di nikmati bahkan diperas kekayaan alamnya untuk kepentingan kapitalisme international.
Kata yang menjadi masalah di antara para pejuang lintas kelas di Indonesia adalah pemahaman yg salah tentang pemaknaan golongan kanan dan kiri.
Berangkat dari kondisi yang bermasalah ini, saya mencoba membongkar realitas yang sebenarnya, karena akan sangat berbahaya kelak, jika sesama pejuang anti penindasan di Indonesia mempermasalahkan dan memperdebatkan perbedaan kelompok pejuang kanan dan kiri tersebut. Karena hakikatnya dalam berjuang melawan musuh yang sama di Negara manapun tidak boleh memperkarakan tentang golongan kanan dan kiri.karena itu seyogyanya adalah cara penindas mengadu domba para pejuang yang akan membunuhnya, dan membuat para pejuang melupakan musuh nyata yang ada di hadapannya adalah sang Tirani, bukan perbedaan antar kelompok tersebut.
Saya berharap penuh para pembaca yang saya hargai karena waktunya dan ketersediaannya membaca ikhtisar saya ini memahami betul apa yang hendak saya angkat dalam karya saya yang satu ini, dan saya berharap pembaca sudi menyelesaikan membacanya hingga kalimat terakhir yang saya tulis.
Karena ada satu sistematis penulisan yang saya balik, yaitu penempatan pemahaman filsafat-pertarungan abadi dua kubu filsafat-matterialisme dan idealisme, yang saya taruh di paling akhir, karena saya mencoba menggunakan rumus pembahasan esensi di balik esensi, tujuan di balik tujuan, maksud dibalik maksud, atau arti di balik arti. Sebuah rumusan pembahasan yang saya perhitungkan sesuai dengan pola pikir masyarakat Indonesia yang telah di putar balikkan oleh Rezim penindas, dari jamannya penjajah Belanda hingga Orde Baru.
Sebelumnya mungkin saya ingin meminta maaf bagi pembaca sekalian , dikarenakan data atau refferensi yang saya cantumkan dalam buku ini masih sangat minim dan terbatas jumlahnya, hal itu dikarenakan refferensi buku dan hasil diskusi dengan beberapa kawan berbagai profesi( dari kuli bangunan, dinamika warkop hingga politikus) telah hilang karena aktifitas hidup saya yang berkeliling ke segala tempat. Namun saya tetap mencoba memberikan hasil karya pemikiran yang mengacu kepada orisinalitas pemahaman saya dan saya tetap menjamin kemurnian esensi dari apa yang saya tulis, dan mungkin pembaca sudi membuktikannya dengan refferensi yang bisa pembaca dapatkan di manapun.


MONES



KIRI DAN PERLAWANAN

I .     Apa arti kiri dalam perlawanan?
       
Kiri adalah bagian/ sebelah atau lawan dari kanan. Dalam BAB ini saya coba untuk membedah arti kiri dalam hal perlawanan, yang biasa dipergunakan untuk menyebut “mereka para revolusioner” yang menghendaki perubahan yang menurut “mereka” perlu dilakukan demi perbaikan kondisi di masa yang akan datang. Namun sebelumnya saya coba akan menceritakan kepada anda sedikit hal yang berhubungan dengan BAB ini.

ARTI KIRI DALAM PERLAWANAN.
Kiri sering dikaitkan dengan hal-hal yang buruk/tidak baik/ selalu dianggap lebih jelek dibandingkan kanan. Memang secara fakta yang bisa kita sepakati bersama nanti, kita akan melihat mengapa kiri bersimbolkan “lawan”. Mungkin saya sedikit akan memberikan contoh-contoh yang sudah membudaya di negeri kita tentang kiri.

a.                   Perbandingan otak kanan dan kiri, sering kita membaca artikel tentang perbedaan antara otak kiri dan kanan, menurut ilmuwan orientasi otak kiri lebih kepada formalitas aturan serta prosedur yang menjenuhkan, misal hitung-hitungan, mengingat/hafalan, dan hal-hal yang realistis, sedangkan orientasi otak kanan, lebih kepada hal yang sifatnya menyenangkan, kreatif, dan imajinatif, contohnya para seniman yang bebas mengekspresikan karyanya, walaupun bentuknya tak seperti sesungguhnya, namun tak pernah ada yang menyalahkan dia, karena sifat dari otak kanan memang imajinatif. Beda dengan otak kiri yang harus sesuai prosedur, dan realitas.  contoh dalam hitung-menghitung 1+1=2 bila hasilnya 3, maka itu akan disalahkan, karena memang sifat dari otak kiri adalah realistis. Jadi mana yang anda pilih? Orang dengan otak kirinya yang dominan atau otak kanan yang lebih dominan? Dengan catatan jika dominan otak kirinya, berarti anda adalah orang yang selalu mengikuti  aturan ( pengikut/bawahan) sedangkan bila dominan otak kanannya maka anda adalah orang yang menciptakan aturan sendiri (pemimpin/atasan). Agitasi ini yang makin membuat orang membenci sebelah kiri, karena memang otak kiri begitu adanya, menjenuhkan, beda dengan otak kanan yang lebih menyenangkan dan bebas. Orang pasti akan lebih memilih untuk dominan OTAK SEBELAH KANAN. Meskipun belum tentu dia lebih dominan otak kanannya, namun secara pribadi keinginan tuk memilih otak kanan pasti ada.karena sifat dari otak kanan yang begitu menyenangkan tersebut. Ya tho..??

b.                  Dalam ajaran agama manapun kita diajarkan untuk menggunakan yang kanan dalam melakukan tindakan apapun. Contoh : (1) ketika kita akan memberi sedekah kepada pengemis, kita pasti akan memberikannya dengan tangan kanan, karena kalau kita memberikan sesuatu dengan tangan kiri, itu dianggap tidak sopan dan tidak menghargai orang lain. (2) sama halnya ketika kita makan, pasti kita menggunakan tangan kanan, mungkin karena kita merasa jijik jika menggunakan tangan kiri, tangan yang biasa kita fungsikan ketika membersihkan (maaf) kotoran kita setelah buang air besar. (3) bahkan hal yang paling sederhana yang biasa kita lakukan adalah, kita selalu mendahulukan kaki sebelah kanan saat memakai sepatu/sandal, bahkan ketika kita melangkahpun langkah pertama adalah kaki sebelah kanan.( ya tho..?)

c.                   Berbagai hal buruk selalu jatuh kepada kiri. Contoh : kita tahu di dunia ini ada golongan kecil manusia yang “kidal”. Mereka yang lebih dominan menggunakan kiri-nya. Berbeda dengan kebanyakan orang yang lebih dominan kanan-nya. Golongan minoritas ini (kidal) tak lepas dari subyektifitas buruk para ilmuan (yang seharusnya dikatakan ilmuwan karena  sudah terbukti ke-ilmiahan otaknya). Menurut para ilmuwan orang yang kidal memiliki umur yang lebih pendek dibandingkan dengan umur orang yang “normal” (tidak kidal). Dari sini jelas bahwa orang kidal akan lebih cepat meninggalkan dunia ini dibandingkan orang yang tidak kidal.
  
d.                  Ketika  kita melewati jalan bebas hambatan atau jalan tol, kita sering melihat kalimat yang bertuliskan “ jalur kanan untuk mendahului” (ada kan??) itu artinya jika kita ingin mendahului kendaraan lain, maka kita harus berada di jalur kanan. Bukan kiri, karena jika kita berada di jalur kiri maka kita pasti akan tertinggal dari kendaraan lain dan secara otomatis kita akan lebih lama sampai di tujuan ketimbang kendaraan yang berada di jalur kanan.(masuk akal kan??). Berarti kiri itu tertinggal atau lebih lambat dibandingkan kanan.

Dari contoh-contoh diatas saya harap bisa membuka sedikit pikiran kita untuk bersiap menerima kenyataan bahwa kiri akan melawan. Saya pribadi tidak menyangkal contoh-contoh diatas. memang contoh di atas adalah sesuatu yang bisa diuji kebenarannya. Namun bukan itu esensinya, di sini kita akan melihat segi pembelaan dari kiri yang selalu dianggap lebih buruk dari kanan. Sebelumnya Saya akan  coba mengajak kawan-kawan untuk berpikir sejenak,
  
-          apa yang anda lakukan ketika semua orang mengatakan kalau anda pasti tidak bisa memanjat pohon mangga yang tinggi dan mengambil buah mangga yang berada di pucuk pohon, padahal semalam  baru saja anda mengambil dan memakan buah mangga yang ada di pucuk pohon ?
a.       akan memanjat pohon mangga itu dan mengambil buahnya di depan mata orang yang meremehkan anda
b.      sepakat dengan orang-orang yang meremehkan anda agar tidak ketahuan kalau anda ternyata pencuri buah mangga

-          apakah anda sepakat dengan pernyataan bahwa naik mobil akan lebih cepat sampai ditujuan dibandingkan naik motor, padahal anda tahu bahwa lalu lintas ibukota selalu mempunyai volume kendaraan yang tinggi pada jam aktif kerja?
a.       tidak
b.       ya

-          anda adalah seorang kurir pengantar rol film yang akan diputar di bioskop 2 jam lagi dan berjarak 2 km. namun motor yang biasa anda gunakan dicuri orang, dan keadaan lalu lintas saat itu macet total jadi naik taxi pun mustahil bisa jalan cepat, hanya ada sepeda butut yang tersedia untuk anda. Apa yang akan anda lakukan?
a.       tetap mengantarkannya dengan menggunakan sepeda butut, karena yang anda pikirkan adalah saat jalanan macet total, anda punya waktu untuk mengantarkan rol film mendahului para penonton film yang terjebak dalam kemacetan
b.      tetap stay di tempat dan menelepon pihak bioskop dengan mengatakan bahwa motor anda dicuri orang beserta rol film-nya yang berada bersama dengan motor anda yang hilang

sesudah anda mengisi pertanyaan-pertanyaan di atas, sekarang mari bersama-sama kita meng-korelasikan dengan KIRI DALAM PERLAWANAN.
Jika semua jawaban anda adalah “ a ” maka secara alamiah anda adalah kiri. Kritisnya adalah : (1) ketika anda dianggap tidak bisa untuk memanjat pohon mangga dan mengambil buahnya, padahal anda semalam baru saja memanjat dan memakan buah mangga itu, maka anda terdorong untuk membuktikan kepada semua orang yang meremehkan anda bahwa anda bisa memanjat pohon itu. Yang terpenting adalah bukan tuduhan yang nantinya bermuara pada anda, bahwa anda adalah seorang pencuri mangga, tapi yang terpenting adalah anda bisa membuktikan kepada semua orang bahwa anda bisa. Sama halnya dengan otak kiri anda yang menjadi sumber kejenuhan dibandingkan dengan otak kanan anda yang penuh dengan kesenangan dan kebebasan. Yang terpenting bukanlah posisi otak kiri anda sebagai sumber kejenuhan, tapi yang terpenting adalah anda akan sangat merasa senang atau bebas (memfungsikan otak kanan) setelah anda merasa jenuh(memfungsikan otak kiri) kita bisa lihat di sini ada sebuah hubungan yang saling membutuhkan atau sinkronisasi yang nyata dari kiri dan kanan (keseimbangan).
  
(2) logikanya memang kecepatan mobil melampaui batas kecepatan motor, tapi coba kita lihat keadaannya, lalu lintas padat dengan kendaraan !! mustahil untuk memacu kecepatan laju mobil dan motor. Tapi setidaknya motor memiliki kesempatan lebih besar untuk sampai ditujuan karena motor bisa melenggang menyelip diantara kendaraan-kendaraan lain, bahkan melaju melalui jalur pejalan kaki ( trotoar) yang tidak bisa dilalui oleh mobil yang ukurannya lebih besar dibandingkan motor. Sama halnya dengan jalur kanan dan kiri di jalan tol. Memang peraturannya adalah seperti itu. Tapi salah besar jika mengatakan bahwa jalur kiri lebih lambat dari jalur kanan. Asalkan kita yang berada di jalur kiri memacu kendaraan dengan maksimal, saya yakin anda tak akan kalah dengan kendaraan yang berada di jalur kanan. Namun jika anda mematuhi aturan itu, maka wajar jika anda di jalur kiri selalu di dahului oleh jalur kanan , makanya kenapa kiri itu melawan kanan dengan tidak menggunakan aturan-aturan yang berlaku dan di buat oleh golongan tertentu, dalam hal ini kita sebut REZIM penguasa atau kelompok kanan..
(3) ini adalah penjelasan yang paling saya sukai. Ketika anda terhambat oleh keadaan, namun anda masih mempunyai semangat untuk berusaha dengan perhitungan yang matang. Meskipun motor yang biasa menemani anda mengantar rol film dicuri orang dan dengan keadaan jalan yang macet total sehingga mustahil untuk mengantar film menggunakan angkutan cepat sampai (taxi) tidak membuat anda patah semangat dan tidak menyerah kepada keadaan, namun lebih berusaha untuk merubahnya dengan kesempatan bisa sampai di bioskop sebelum para calon penonton film itu sampai di bioskop. Maka jelaslah sudah anda seorang REVOLUSIONER…yang mempunyai semangat terus menerus untuk melaksanakan tugas dan melawan kondisi yang ada dan bahkan merubah kondisi yang tidak berpihak kepadanya,dengan melalui perhitungan-perhitungan.
jadi point yang bisa kita ambil adalah kiri selalu berusaha untuk merubah keadaan yang dipersembahkan kepadanya (hal-hal negative yang tercantum dalam contoh) dan selalu melawan subyektif yang mengarah kepadanya. Kiri tidak seburuk kelihatannya, kita bisa berjalan seimbangpun karena ada kaki kiri yang menyambut langkah kaki kanan. Kita bisa mengangkat barang beratpun karena adanya tangan kiri yang membantu meringankan beban tangan kanan. Dan kita bisa turun dari bus kota dengan aman pun karena ada kaki kiri yang menahan berat tubuh kita.
jadi yang terpenting adalah kiri berperan sebagai penyeimbang. Dan itu adalah tugas yang sangat berat . perihal keburukan kiri yang sudah terkenal itu semata-mata disebabkan oleh kondisi dan sudah turun temurun sejak jaman dahulu. Coba saja jika dari jaman dulu orang makan dengan tangan kiri, dan membersihkan kotoran dengan tangan kanan, maka sampai sekarang saya yakin kita akan tetap melakukannya. Namun disitulah letak simbolis mengapa kiri dianggap sebagai lambang perlawanan. Ketika kiri yang seharusnya sangat bermanfaat sebagai penyeimbang, tapi  di “black propaganda-kan” sehingga timbul rasa perlawanan untuk membantah pandangan yang buruk itu.

II.    Golongan kiri dan golongan kanan.
           
            Setelah kawan-kawan mengetahui tentang arti kiri dalam perlawanan ( kiri sebagai lambang perlawanan), maka saya rasa kawan-kawan perlu mengetahui juga aplikasi simbolisasi kiri kepada orang per orang atau kelompok, komunitas, bahkan kaum. Biasanya orang menyebut mereka orang-orang golongan kiri, golongan kanan, bahkan orang-orang golongan tengah. Nah pertanyaannya adalah seperti apakah orang/kelompok/kaum yang termasuk golongan kiri? Begitupun dengan golongan kanan dan tengah?
           
             Sebutan Kanan dan Kiri adalah warisan dari tradisi Perancis, setelah pecahnya Revolusi Perancis tahun 1789 dan adanya perebutan supremasi antara raja dan parlemen, wakil yang duduk di Dewan Nasional membagi diri menurut ekstremitas pandangan mereka. Wakil yang anti raja duduk di sebelah Kiri, dan pendukung raja duduk di sebelah kanan. Dan kelompok moderat duduk di tengah.

Kiri merujuk kepada kepercayaan terhadap isme berupa paham soialis-komunis, yang jika kita ambil dari sejarah revolusi perancis, maka wakil yang duduk disebelah kiri adalah wakil yang menentang atau berlawanan dengan  raja ( kerajaan ) dan ingin menciptakan perancis yang tidak monarchy absolute ( kaji ulang sebab pecahnya revolusi perancis ) tapi ingin merubah pemerintahan menjadi republic yang berdemokrasi di tangan rakyat.

            Baiklah, kita bahas satu per satu dari pengertian masing-masing golongan.
Golongan kiri adalah orang, kelompok orang yang selalu melawan terhadap keadaan yang ada. Sama halnya dengan kiri yang selalu melawan terhadap pandangan umum terhadapnya ( kondisi ). Seperti itulah aplikasi golongan kiri yang selalu bertindak berdasarkan perlawanannya terhadap keadaan yang ada. Keadaan yang dianggapnya tidak benar/salah. Sehingga orang-orang golongan kiri cenderung berpikir lebih kritis terhadap suatu kondisi. Bahkan analisa-analisanya selalu mengarah kepada hal-hal ( kondisi ) yang mungkin bagi sebagian orang itu biasa-biasa saja. Namun di mata “ si kiri “ itu adalah hal yang sangat serius untuk dilawan dan dirubah. Contoh yang bisa kita ambil adalah demonstran yang selalu mengkritisi tiap langkah dari sebuah pemerintahan. Bila pada kenyataannya itu bertolak belakang dengan yang seharusnya, maka “ si kiri “ ini akan turun ke jalan untuk berdemonstrasi menuntut sebuah perubahan yang lebih baik/ yang seharusnya. Kira-kira begini  kalau kita ambil contoh di Negara kita. Sebuah kasus tentang penanaman modal asing dan privatisasi SDA ( sumber daya alam ) Indonesia. ketika SDA Indonesia  sudah dikuasai pihak asing, maka akan terjadi eksploitasi dari SDA tersebut dan  pihak asing itu hanya akan  memikirkan keuntungan pasar yang ia peroleh dari hasil pengolahan SDA Indonesia tersebut. Dan pada kasus itu “ si kiri “ akan mengkritisi dari UUD 1945 yang tercantum dalam pasal 33 ayat 1 yang berbunyi “ SDA dan kekayaan lainnya yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan hajat hidup orang banyak “, maka atas dasar itu “ si kiri “ akan memprotes sebuah keadaan yang ada, keadaan dimana pihak asing sudah menguasai SDA yang menjadi kebutuhan hidup orang banyak (masyarakat Indonesia pada khususnya ) dan dari situ jelas adanya penyelewengan dari pemerintah dalam hal penguasaan SDA untuk kesejahteraan rakyatnya. Berarti pemerintah tidak bertanggung jawab terhadap rakyatnya, dan pemerintah tidak mematuhi UUD 1945. dan analisa “ si kiri “ kurang lebih akan melihat kesengsaraan rakyat, karena jika SDA dikuasai oleh pihak asing, maka untuk hasil dari pengolahan SDA itu yang di jual di pasaran harganya akan menjadi hak si penguasa SDA tersebut ( pihak asing ), rakyat mau tidak mau akan membeli hasil pegolahan SDA itu meskipun dengan harga mahal, karena SDA itu adalah kebutuhan mereka.  Sedangkan kalau SDA itu di kuasai oleh Negara/pemerintah, maka otomatis harga di pasaran pun akan melihat dari kondisi masyarakatnya yang masih miskin, sehingga tidak mungkin menjual kebutuhan masyarakat itu dengan harga yang mahal, bahkan mungkin rakyat bisa mendapatkan kebutuhan SDA itu dengan gratis. Kan sesuai dengan fungsi Negara untuk mensejahterakan masyarakatnya bukan..?? ^_^

Golongan kanan  adalah orang, kelompok orang yang lebih bersifat “ stay in here..” atau tetap pada suatu kondisi. Karena bagi mereka keadaan itu sudah tepat, tinggal pelaku di dalamnya membutuhkan waktu untuk beradaptasi terhadap kondisi tersebut. Makanya kenapa “ si kanan “ ini sering dianggap golongan konservatif. Mereka tetap kepada pendirian akan sebuah kondisi yang tidak perlu di ubah lagi. Seperti dalam kasus revolusi perancis, wakil yang duduk disebelah kanan adalah pendukung raja, sedangkan jika kita kaji lebih dalam lagi, sebab terjadinya revolusi perancis adalah rakyat perancis yang tidak mau lagi hidup dalam system kerajaan. Namun wakil sebelah kanan tersebut tetap menginginkan raja berkuasa kembali ( dengan begitu wakil pendukung raja itu bisa mendapat kekayaan dari keringat petani miskin). Kejadian yang bisa kita ambil di lapangan adalah, program pemerintah untuk memodernisasikan sebuah kota agar terlihat tidak ketinggalan jaman di mata dunia international. Maka pemerintah akan menggusur suatu kawasan yang dianggap ketinggalan jaman dan tidak mampu bersaing dengan modern-nya international.oke, kita ambil contoh penggusuran pasar traditional, jelas memang pasar traditional di Indonesia akan  membuat Indonesia dianggap sebagai Negara yang ketinggalan jaman dari segi perdagangan, karena dunia saat ini sudah mengenal pasar ( tempat bertemunya penjual dan pembeli ) dalam bentuk supermarket/ mall. Maka dibangunlah sebuah mall di tempat pasar traditional tergusur untuk menghilangkan image “kuno” di mata dunia. memang “ si kanan “ ini mempunyai daya khayal, keinginan serta pikiran di atas segalanya, namun mereka tidak melihat kondisi secara kritis dan dampaknya ke depan. Pertanyaannya apakah masyarakat di sekitar pasar traditional yang tergusur tadi sanggup belanja kebutuhan sehar-hari di mall yang sudah pasti harganya melambung jauh dari harga di pasar traditional yang memang terkenal ekonomisnya. Dan bagaimana nasib para penjual di pasar traditional yang telah tergusur tadi? Jika seandainya berdagang di pasar traditional adalah mata pencaharian satu-satunya bagi mereka? Nambah pengangguran gak? Kemungkinan angka kriminalitas naik ada gak? ^_^

Golongan tengah adalah yang tidak jelas keberpihakannya. Dibilang kiri, tapi dia kekanan-kananan, di bilang kanan namun ia sedikit radikal dalam suatu kondisi.
Contohnya adalah oposisi elit borjuis dalam suatu parlemen, ketika suatu keadaan membuatnya terancam, maka ia akan berontak melawannya, namun jika keadaan itu kedepannya menguntungkan buatnya, maka ia akan diam dan menunggu keuntungan tersebut dalam genggamannya.
Jadi golongan ini lebih bersifat opportunis, pragmatis.
  
III.   Skema golongan

1.      Golongan kiri         : kritis pemikirannya, keberpihakan terhadap kaum tertindas ( proletar, murba ), radikal, analistis, orang-orang matterialis ( melihat benda/kondisi lebih utama ), berpaham sosialis-komunis.
2.      Golongan kanan     : konservatif, keberpihakan kepada kaum penindas ( borjuis, feudal, kapitalis ), orang-orang idealis ( melihat pikiran atau ide yang utama ), bahkan menggunakan/menyalah pahamkan sebuah kepercayaan tertentu untuk kepentingan dan keuntungannya, melalui wahyu, berkah, rezeki dan sebagainya yang dalam pembedahannya tidak akan mampu di capai oleh otak manusia contohnya TUHAN-Dewa dan segala anugerahnya.
3.      Golongan tengah    : pragmatis, opportunis.

Baca Selengkapnya
 

Left and Revolution © 2008. Design By: SkinCorner