seperti kajian diskusi teori maupun agitasi dalam berbagai aksi, kita selalu mendengar bahwa musuh rakyat hari ini adalah kapitalisme, dan kapitalisme sendiri pun beberapa kali telah saya ulas di postingan sebelumnya. kali ini saya hanya akan memperspektifkan ke dala pola dan cara kerja sistem yang menjadi musuh utama "kesejahteraan dan kesetaraan" rakyat di seluruh negara di dunia.
kapitalisme sejatinya adalah sebuah sistem yang berupaya menciptakan dan mendapatkan kesejahteraan (ekonomi) berdasarkan mekanisme persaingan individu-individu pelaku ekonomi dan lepasnya intervensi negara/pemerintah dalam pengendalian ekonomi tersebut. (liberalisasi). Media yang digunakan untuk bersaing antar individu pelaku ekonomi tersebut adalah dengan kapital (modal), hal ini dapat berupa barang (perkakas-mesin-alat produksi) atau investasi (uang-saham), dsb. Barang siapa yang mampu menguasai modal yang besar, maka dia akan menjadi penguasa ekonomi dan mampu menentukan alur kegiatan ekonomi menuju "kesejahteraan" ideal yang diinginkannya. meskipun bahasa yang digunakan adalah soal pencapaian kesejahteraan, namun jangan pernah berfikir bahwa kapitalisme mempunyai itikad/niat untuk menciptakan kesejahteraan umum (merata bagi seluruh masyarakat), itu adalah pemahaman yang salah mengenai kapitalisme. karena, justru kenyataannya adalah kapitalisme menciptakan jurang pemisah kesejahteraan antar masyarakat dalam dunia kapitalisme. masyarakat di belah menjadi dua, yaitu kelas borjuis (kelompok masyarakat penindas) dan kelas proletar/pekerja (kelas masyarakat tertindas).
Yang tergolong kelas borjuis adalah kaum birokrat negara (pemerintah-jajaran pejabat negara) aparatur negara dan para pengusaha korporasi-pedagang kelas international. sedang yang tergolong kedalam kelas pekerja adalah kaum buruh lintas sektor (perkantoran-pabrik-tambang-pertanian-perkebunan-kelautan-maupun sektor jasa-transportasi), karena sejatinya pengertian pekerja/buruh adalah seseorang yang tidak mempunyai dan menguasai alat produksi (modal) lantas dia menjual tenaganya (bekerja) kepada penguasaha/pemilik modal untuk memproduksi/mengelola modal (alat produksi) pemilik dan diberi upah sebagai imbalan atas pekerjaan yang dilakukannya. jadi dimanapun posisi seseorang yang bekerja dalam suatu perusahaan, baik dari tingkat atas (manager-direktur) hingga tingkat bawah (misal : petugas kebersihan kantor) selama dia bekerja/menjual tenaganya kepada orang lain/pemilik modal, maka dia adalah seorang buruh/pekerja.
Jika kita memahami kembali posisi kelas dalam suatu negara (yang terjerat dan yang kapitalistik), maka kita dapat menemukan fakta bahwa pemerintah dalam suatu negara (kapitalistik) adalah satu proyeksi dari kelas penindas (borjuis) dan rakyat adalah proyeksi dari kelas lainnya (proletar). sehingga sangat jelas realitas yang akan kita temui bahwa masyarakat dalam wilayah negara (kapitalistik) tersebut tidak akan mendapatkan kesetaraan dan kesejahteraan dalam hal ekonomi maupun politik. karena pelaksana pemerintahan negara tersebut adalah mewakili kepentingan kelas penindas untuk mensejahterakan hidupnya saja, bukan kesejahteraan umum/masyarakat seluruhnya negara tersebut.
Penindasan (yang dilakukan) oleh kaum Borjuis (yang dimaksud) dalam sistem Kapitalis
kapitalisme itu bukanlah suatu sistem yang (hanya) dilakukan oleh satu negara saja, kapitalisme lebih dalam lagi adalah sebuah sistem yang dilakukan oleh orang-orang yang tergabung dalam korporasi international, bahkan orang orang sebagai (individu) pelaku ekonomi di dalam korporasi international itupun saling bersaing demi mendapatkan kesejahteraan (ekonomi) individunya, meskipun pertentangan atau kontradiksi sesama kapitalis itu masih dapat terdamaikan (kontradiksi protagonis). artinya meskipun sesama kapitalis (pelaku ekonomi sistem modal) bersaing demi kepentingan kesejahteraan diri sendirinya saja, namun masih ada solusi "sama-sama untung" saat terjadi perbedaan pendapat dalam pelaksanaan "bisnis" kapitalistiknya (eksploitatif-ekspansif-akumulatif). win-win solution yang terjadi disini hanyalah diantara mereka kaum kapitalis pelaksana sistem dunia kemodalan, bukan sama-sama untung bagi rakyat, terkhususnya kaum pekerja.
kapitalis atau kaum borjuasi penindas rakyat itu kemudian membentuk wadah korporasi international guna melegitimasi kepentingannya untuk mendapatkan kesejahteraan hidupnya saja. wadah legitimasi gerak kapitalistik mereka adalah semisal badan organisasi international bernama PBB (perserikatan bangsa bangsa-union nations). di dalam badan international tersebut melahirkan badan turunan yang akan mengkoordinir negara-negara di dunia untuk memasuki jeratan "bisnis" kapitalistiknya seperti WTO (world trade organization) yang berfungsi menciptakan regulasi/pembuatan kebijaksanaan peraturan pelaksanaan perdagangan international, yang sesungguhnya kebijakan tersebut adalah untuk memusnahkan intervensi/pengendalian negara dalam hal kegiatan ekonomi yang dilakukan individu pelaku ekonomi. sehingga kebijaksanaan yang lahir dari kapitalisme international itu merupakan jalur yang melenggangkan kepentingan kapitalisme international memasuki dan mengatur kegiatan ekonomi suatu negara (perkembangan terbaru adalah digunakannya investasi modal sebagai alat untuk menguasai kegiatan ekonomi). dan tentunya yang dirugikan dalam mekanisme ini adalah rakyat yang menghuni negara tersebut.
Bahkan negara indonesia juga merupakan salah satu alatnya kapitalisme international memperkaya dirinya dan menindas rakyat (pekerja).Negara sebagai alat penindas telah membuka jalan bagi kapitalis (kelas pemodal) dengan berbagai kesepakatan-kesepakan dan regulasi-regulasi kebijakannya. Beberapa kesepakatan-kesepakan (misalnya, National Summit dan ASEAN Summit) telah mendatangkan investor-investor untuk menamkan modalnya keberbagai sektor di penjuru tanah air.Salah satu praktik jahat negara sebagai alat penindas rakyat adalah mendatangkan kelas pemodal yakni dengan menjual eksistensi kelas buruh Indonesia dengan politik upah murah (hal ini dilakukan oleh Rezim borjuis saat ini-pemerintahan SBY-Boediono). Negara telah menjamin bahwa upah buruh Indonesia akan lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya. Belum lagi skema ekploitasi yang begitu kejam oleh kelas pemodal, yakni dengan skema “labour market flexsebility”. Labour market fleksebility ditunjukan dengan penerapan sistem kerja kontak dan outsourching yang kian menghilangkan hak-hak normatif kelas pekerja.
Dengan derajat penindasan yang tidak kalah kejamnya dengan kelas buruh, kaum tani miskin dan buruh tani yang tak bertanah dipedesaan semakin dimiskinkan oleh rezim kapitalistik. Negara perlahan-lahan mulai melepas tanggungjawabnya dengan mencabut subsidi pertanian. Dan dari hari kehari lahan petani kian menyempit. Kondisi tersebut diperparah dengan rencana rezim borjuis Indonesia yang didukung sepenuhnya oleh kelas pemodal yaitu pengesahan Undang-undang Pengadaan Tanah untuk Pembangunan. Undang-Undang ini sejatinya adalah peraturan perampasan tanah untuk kepentingan kelas pemodal. Kemudian liberalisasi pertanian semakin menggurita dengan pilihan model Food Estate oleh Rezim borjuis Indonesia, yang mana pilihan Food Estate akan mempermudah pihak pemodal dalam berinvestasi. Maka pengembangan industri pertanian skala luas atau Food Estate sejatinya bukan diperuntukan untuk kaum tani miskin dan buruh tani, melainkan lahan pertanian yang subur akan diserahkan penguasaan dan pengelolaannya kepada koorporasi pertanian. Ditambah lagi dengan kekerasan negara dan aparaturnya yang semakin menambah penderitaan kaum tani. Tidak sedikit kaum tani yang meninggal ditembak oleh aparat keamanan (polisi dan TNI). Karena alat kekerasan negara memang diciptakan untuk melindungi kelas yang berkuasa yaitu kelas pemodal.
Bahkan dalam sektor pendidikan pun tak luput dari kepentingan kaum borjuis penindas rakyat, yang telah menggeser dasar filosofi (makna mendalam) pendidikan sebagai suatu kegiatan mencerdaskan manusia menjadi manusia sehingga mampu memenuhi kebutuhan alam (masyarakat dan alam lingkungan hidupnya), menjadi salah satu komoditi-barang yang diperdagangkan/diperjual belikan. sehingga peserta pendidikan harus membayar saat hendak mengakses/mendapatkan pendidikan dan merubah paradigma pendidikan menjadi motif persaingan nilai dan mendapatkan tittle/ijazah sebagai legalitas untuk bekerja di suatu perusahaan dengan iming-iming posisi yang menjanjikan dan gaji yang besar. inilah salah satu cabang usaha kapitalisme menjadikan pendidikan sebagai lahan bisnis untuk mendapatkan keuntungan (ekonomi) dari segi politik kaum borjuis (kapitalis) mendapatkan keuntungan dari fenomena pergeseran makna pendidikan ini adalah, terdegradasinya mental dan pola pikir peserta didik menjadi delusif dan opportunis-pragmatis mengejar iming-iming kesejahteraan yang akan dicapainya saat mendapatkan ijazah dengan nilai yang tinggi dan berpeluang besar memasuki perusahaan bonafit dan mendapatkan posisi tinggi dengan penghasilan besar. peserta didik kita menjadi apatis bahkan apolitis terhadap kondisi sekitarnya, peserta didik kita "lupa" bahwa mereka adalah calon buruh-calon pekerja yang mengemban tugas historis untuk membebaskan rakyat dan alamnya dari jeratan penindas-apapun bentuknya. Disisi lain, kemajuan-kemajuan peradaban modern tidak membuat pemuda dan kaum miskin kota terangkat derajatnya. Pemuda dihadapkan dengan persoalan penganguran. Dalam sistem kapitalisme, para pemuda sengaja dipaksa menjadi bagian dari tentara cadangan industri. Sedangkan kaum miskin kota selalu dianggap sampah oleh negara, mereka selalu digusur-kesana kemari. Jaminan kesejahteraan terhadap mereka adalah ilusi belaka. Negara beserta elit politik borjuasi benar-benar telah gagal dalam menunaikan tugasnya untuk mensejahterakan rakyat Indonesia
Tugas Kaum Revolusioner (Pejuang di Garis Massa Rakyat)
Jika kapitalisme International menjadikan negara-negara sebagai alat penindas yang melegitimasi kepentingannya, maka dibutuhkan agen-agen kapitalisme yang harus ada di dalam suatu negara yang tentunya mempunyai kekuasaan besar dalam negara tersebut sebagai "perpanjangan tangan" kepentingan kapitalisme international. agen-agen yang dimaksud itu adalah kelompok borjuasi nasional yang menguasai ruang-ruang perpoitikan negara (berupa dewan perwakilan rakyat-birokrasi-aparatur-presiden-serta perusahaan-perusahaan penggerak ekonomi negara). Tak luput pula partai politik yang menaungi aspirasi rakyat dalam kancah perpolitikan negara pun juga dihegemoni oleh kaum borjuis yang bernafaskan liberalisme dan berjantung kapitalistik.
Tampaknya bukan suatu sikap yang cerdas dan tepat jika saat ini kita masih percaya dan berharap serta menggantungkan sebuah perubahan radikal di negara (kapitalistik) ini menuju ke arah kesejahteraan umum (kesetaraan hidup seluruh manusia) akan dilakukan dan dipimpin oleh para kaum borjuasi nasional yang akan bertempur mendapatkan kekuasaan atas negara, karena mereka para borjuasi nasional adalah "anak kandung" penurut yang lahir dari rahim kapitalisme dan bertugas menjaga dan melanggengkan kepentingan kapitalisme. maka tidak akan pernah ada kesejahteraan bagi seluruh masyarakat jika kepemimpinan negara berada di tangan kaum borjuis yang menghamba kepada kepintingan kapitalisme international dan hanya akan memperkaya dirinya saja.
Perubahan radikal atau Revolusi sosial menuju kesejahteraan umum hanya bisa kita percayakan kepada "anak kandung" pembangkang yang lahir karena sistem Kapitalisme international, yaitu kelas Pekerja yang Progresif-Revolusioner. kelas pekerja ini haruslah menjadi pemimpin dalam aksi-aksi Revolusioner, kelas pekerja revolusioner haruslah terhimpun dan bersatu dalam Partai politik kelas pekerja. dan Partai kelas pekerja ini haruslah tampil dalam kancah perpolitikan Nasional dan menjadi pelopor bagi gerakan rakyat-pemuda-mahasiswa-serta gerakan bergaris massa rakyat yang lainnya. dukungan seluruh lapisan masyarakatpun sangat dibutuhkan guna pembangunan dan penguatan alat politik revolusioner massa rakyat ini, baik dari kesadaran pemahaman akan musuh rakyat (kapitalisme) dan meninggalkan kepercayaan dan dukungan terhadap partai borjuis hingga menjadi bagian dari massa pejuang partai kelas pekerja atau menjadi anggota laskar/organisasi perlawanan terhadap kapitalisme. kita harus menyadari bahwa momentum pemilihan umum (yang katanya) demokrasi bukanlah pemilihan umum yang berpihak kepada rakyat (khususnya kelas pekerja). pemilihan umum ini adalah pesta nya kaum borjuis untuk mendapatkan kekuasaan atas negara dan akan memperkaya dirinya saja. kita bisa menyaksikan, tidak ada satu calon pun dari kandidat pemilu nanti yang berasal dari kelas pekerja, semua berasal dari kelas borjuis yang tidak bersedia "membunuh" watak borjuis nya dan tidak bersedia pula "menyengsarakan" dirinya dengan berpihak kepada kelas pekerja dan seluruh rakyat. seluruh kandidat borjuis calon penguasa negara ini nantinya hanya akan memikirkan nasib dan kesejahteraan dirinya saja, dan melegitimasi penindasan yang dilakukan oleh kapitalisme international terhadap kelas pekerja dan rakyat seluruhnya.
Ini adalah momentum yang sangat penting dalam periode perjuangan rakyat kelas pekerja, kita sebagai massa rakyat haruslah mengambil sikap yang tegas dalam perjuangan kita melawan dan menumbangkan kapitalisme, kita haruslah menyadarkan pemahaman perjuangan melawan kapitalisme kepada seluruh masyarakat yang kita temui, kita harus mampu melakukan "aksi" tidak mendukung regenerasi agen kapitalisme di negara ini, karena saat kita ragu dalam mengambil sikap dan bertindak pragmatis saat ini, maka sejatinya kita telah membantu "reproduksi-pengembang-biakan" agen kapitalisme international yang nantinya akan berkuasa dan menyengsarakan seluruh masyarakat.
Baca Selengkapnya
Tampaknya bukan suatu sikap yang cerdas dan tepat jika saat ini kita masih percaya dan berharap serta menggantungkan sebuah perubahan radikal di negara (kapitalistik) ini menuju ke arah kesejahteraan umum (kesetaraan hidup seluruh manusia) akan dilakukan dan dipimpin oleh para kaum borjuasi nasional yang akan bertempur mendapatkan kekuasaan atas negara, karena mereka para borjuasi nasional adalah "anak kandung" penurut yang lahir dari rahim kapitalisme dan bertugas menjaga dan melanggengkan kepentingan kapitalisme. maka tidak akan pernah ada kesejahteraan bagi seluruh masyarakat jika kepemimpinan negara berada di tangan kaum borjuis yang menghamba kepada kepintingan kapitalisme international dan hanya akan memperkaya dirinya saja.
Perubahan radikal atau Revolusi sosial menuju kesejahteraan umum hanya bisa kita percayakan kepada "anak kandung" pembangkang yang lahir karena sistem Kapitalisme international, yaitu kelas Pekerja yang Progresif-Revolusioner. kelas pekerja ini haruslah menjadi pemimpin dalam aksi-aksi Revolusioner, kelas pekerja revolusioner haruslah terhimpun dan bersatu dalam Partai politik kelas pekerja. dan Partai kelas pekerja ini haruslah tampil dalam kancah perpolitikan Nasional dan menjadi pelopor bagi gerakan rakyat-pemuda-mahasiswa-serta gerakan bergaris massa rakyat yang lainnya. dukungan seluruh lapisan masyarakatpun sangat dibutuhkan guna pembangunan dan penguatan alat politik revolusioner massa rakyat ini, baik dari kesadaran pemahaman akan musuh rakyat (kapitalisme) dan meninggalkan kepercayaan dan dukungan terhadap partai borjuis hingga menjadi bagian dari massa pejuang partai kelas pekerja atau menjadi anggota laskar/organisasi perlawanan terhadap kapitalisme. kita harus menyadari bahwa momentum pemilihan umum (yang katanya) demokrasi bukanlah pemilihan umum yang berpihak kepada rakyat (khususnya kelas pekerja). pemilihan umum ini adalah pesta nya kaum borjuis untuk mendapatkan kekuasaan atas negara dan akan memperkaya dirinya saja. kita bisa menyaksikan, tidak ada satu calon pun dari kandidat pemilu nanti yang berasal dari kelas pekerja, semua berasal dari kelas borjuis yang tidak bersedia "membunuh" watak borjuis nya dan tidak bersedia pula "menyengsarakan" dirinya dengan berpihak kepada kelas pekerja dan seluruh rakyat. seluruh kandidat borjuis calon penguasa negara ini nantinya hanya akan memikirkan nasib dan kesejahteraan dirinya saja, dan melegitimasi penindasan yang dilakukan oleh kapitalisme international terhadap kelas pekerja dan rakyat seluruhnya.
Ini adalah momentum yang sangat penting dalam periode perjuangan rakyat kelas pekerja, kita sebagai massa rakyat haruslah mengambil sikap yang tegas dalam perjuangan kita melawan dan menumbangkan kapitalisme, kita haruslah menyadarkan pemahaman perjuangan melawan kapitalisme kepada seluruh masyarakat yang kita temui, kita harus mampu melakukan "aksi" tidak mendukung regenerasi agen kapitalisme di negara ini, karena saat kita ragu dalam mengambil sikap dan bertindak pragmatis saat ini, maka sejatinya kita telah membantu "reproduksi-pengembang-biakan" agen kapitalisme international yang nantinya akan berkuasa dan menyengsarakan seluruh masyarakat.